
Saat sertifikasi cair! Notifikasi masuk, saldo bertambah, dan wajah-wajah guru di ruang guru pun terlihat lebih cerah dari biasanya. Tidak bisa dipungkiri, ini adalah momen yang ditunggu. Setelah berbulan-bulan bergelut dengan perangkat ajar, asesmen, administrasi kelas, dan seabrek tanggung jawab lainnya, dana sertifikasi datang sebagai angin segar. Tapi, setelah uang itu dipakai untuk menutup kebutuhan rumah, bayar cicilan, atau biaya yang lainnya, semangat itu... pelan-pelan kembali hilang.
Mengapa bisa begitu? Karena kenyataannya, lelah guru bukan cuma soal fisik atau dompet. Kadang, yang menguras energi justru tekanan tak terlihat: target kurikulum yang terus berubah, siswa yang makin beragam karakternya, tuntutan digitalisasi, hingga ekspektasi dari masyarakat. Guru dituntut jadi pengajar, pendidik, konselor, bahkan admin—semuanya dalam satu waktu. Dan sayangnya, tidak semua itu bisa disemangati hanya dengan uang.
Itulah mengapa, selain sertifikasi, ada "catatan kecil" yang perlu dibaca ulang oleh guru-guru. Catatan yang bukan dari dinas, bukan dari kepala sekolah, tapi dari dalam diri sendiri. Isinya sederhana: tentang mengapa dulu kita memilih jalan ini, tentang murid pertama yang kita bimbing, atau tentang momen ketika seorang siswa bilang, "Terima kasih, Bu… karena Ibu, saya semangat sekolah." Catatan ini mungkin sepele, tapi kadang justru jadi kunci untuk menyalakan semangat yang nyaris padam. Karena jadi guru, itu bukan cuma soal gaji—tapi soal nilai.
Catatan yang Perlu Diingat Guru agar Semangat Tak Cepat Padam
- Ingat, Murid Bukan Hanya Target Nilai—Mereka Adalah Jiwa yang Sedang Tumbuh
Kadang kita terjebak dalam rutinitas mengejar nilai, rangking, dan target ujian. Tapi jangan lupa, setiap anak yang duduk di bangku kelas adalah individu yang sedang mencari jati diri. Mereka butuh didengar, dipahami, dan dimotivasi. Saat guru hadir bukan hanya sebagai pengajar, tapi sebagai sosok yang peduli, maka kelas akan terasa berbeda. Tidak semua keberhasilan murid terlihat dari nilai 100. Ada keberhasilan yang muncul dari siswa pemalu yang akhirnya berani berbicara di depan kelas, atau dari anak yang tadinya sering bolos, tapi kini rajin datang hanya karena merasa nyaman dengan gurunya.
Jadi, semangatlah bukan karena target sekolah, tapi karena setiap murid adalah ladang kebaikan yang sedang kita rawat.
- Rehat Bukan Tanda Lemah, Tapi Cara Menjaga Waras
Guru juga manusia. Wajar kalau lelah. Wajar kalau sesekali ingin diam, menepi, atau sekadar istirahat sejenak dari tekanan. Jangan merasa bersalah jika butuh waktu untuk diri sendiri. Rehat bukan bentuk kemalasan—itu bentuk cinta terhadap diri. Karena guru yang bahagia dan sehat jiwanya, akan jauh lebih mampu menyebarkan semangat kepada murid-muridnya.
Luangkan waktu untuk melakukan hal yang kamu suka di luar mengajar: membaca, menanam bunga, jalan pagi, atau menulis jurnal. Energi positif itu akan menular saat kamu kembali masuk kelas.
- Apresiasi Diri Sendiri, Meski Dunia Kadang Lupa Memberi Tepuk Tangan
Tak semua perjuangan guru terlihat. Tak semua hasil kerja keras mendapat pujian. Tapi bukan berarti usaha itu sia-sia. Bahkan ketika orang tua murid tak mengucap terima kasih, atau kepala sekolah tidak melihat jerih payahmu, tetaplah bangga pada dirimu sendiri.
Simpan satu jurnal kecil. Tulis setiap hari satu hal baik yang kamu lakukan. Mungkin hari ini kamu berhasil membuat anak-anak tertawa, atau membuat materi yang awalnya sulit jadi bisa dipahami. Itu cukup. Kamu luar biasa, walau kadang dunia terlalu sibuk untuk menyadarinya.
- Temukan "Mengapa"-mu Lagi
Setiap guru pasti punya alasan mengapa dulu memilih jalan ini. Mungkin karena ingin seperti gurumu yang menginspirasi, atau karena ingin mengubah hidup anak-anak di pelosok. Tapi seiring waktu, alasan itu bisa terkubur oleh beban kerja. Saat semangat mulai redup, coba ingat kembali "mengapa" itu.
Buka kembali foto-foto lama saat PPL. Baca ulang surat atau pesan dari murid. Kadang, di sanalah semangat yang hilang itu tersimpan. Dan begitu alasan itu kembali ditemukan, langkah kita akan terasa lebih ringan.
Catatan Untuk Guru agar Semangat Tak Cepat Padam
If kids come to us from strong, healthy functioning families, it makes our job easier.
If they do not come to us from strong, healthy, functioning families, it makes our job more important.
Sebagai seorang guru (pendidik), bila murid-murid kita berasal dari keluarga yang harmonis dan bahagia, maka tugas kita akan semakin mudah.
Tetapi bila murid kita TIDAK berasal dari keluarga yang harmonis dan bahagia, maka tugas kita menjadi semakin PENTING.
Walau lebih mudah mendidik anak-anak yang "sudah baik", tetapi tugas pendidik yang sejati adalah mendidik mereka yang masih "mencari jalannya" ini.
If a child can't learn the way we teach, maybe we should teach the way they learn.
Bila seorang anak tidak bisa belajar dari cara kita mengajarkan sesuatu kepadanya, mungkin kitalah yang harus mengubah cara mengajar kita agar sesuai dengan cara belajar mereka.
Teachers affect eternity; no one can tell where their influence stops.
Guru atau pendidik memiliki pengaruh yang luar biasa, tidak ada batasnya. Tidak ada yang bisa mengatakan di mana pengaruh seorang yang mendidik dengan baik (atau tidak baik) ini berhenti.
(Semua yang dilakukan manusia bisa jadi merupakan hasil dari pengaruh atau didikan orang yang mendidiknya dulu, sedikit atau banyak.)
Teaching is not a lost art, but the regard for it is a lost tradition.
Mendidik bukanlah sebuah seni atau keterampilan yang semakin menghilang, masih banyak orang yang mampu melakukannya sampai sekarang.
Cuma masalahnya, semakin banyak orang yang kehilangan penghargaan akan peran sangat penting yang satu ini.
The man (or woman) who can make hard things easy is the educator.
Orang yang bisa membuat semua hal yang sulit menjadi mudah dipahami, yang rumit menjadi mudah dimengerti, atau yang sukar menjadi mudah dilakukan, itulah pendidik yang sejati.
Students don't care how much you know until they know how much you care.
Siswa tidak peduli betapa pintarnya seorang guru, yang mereka pedulikan adalah apakah guru tersebut juga peduli terhadap dirinya.Education is not the filling of a pail, but the lighting of a fire.
Pendidikan bukanlah seperti mengisi ember yang kosong. Kepala murid-murid kita bukanlah seperti ember kosong yang boleh seenaknya kita isi apa saja.
Pendidikan adalah seperti menyalakan api yang telah atau hampir padam.
(Dengan kata lain, ketika kita mendidik seorang anak, kita harus menyadari bahwa si anak sudah membawa "bekal" mereka masing-masing di dalam pikiran mereka. Mereka sudah memiliki pandangan dan latar belakang pengetahuan dari pengalaman hidup mereka sebelumnya, dan ini harus dihargai guru. Tidak boleh sembarangan mengisi kepala si anak.
Pendidikan yang benar adalah yang bisa memanfaatkan "bekal" si anak ini dengan baik sehingga semakin berkembang maksimal, seperti api yang dinyalakan kembali.)
Children are like wet cement, whatever falls on them makes an impression.
Anak-anak itu mirip adonan semen basah. Apapun yang jatuh ke atasnya, meninggalkan bekas, yang kalau tidak segera dihaluskan kembali, bekas tersebut akan mengeras selamanya.
The test of a good teacher is not how many questions he can ask his pupils that they will answer readily, but how many questions he inspires them to ask him which he finds it hard to answer.
Indikasi bahwa seseorang bisa disebut guru (pendidik) yang hebat bukanlah pada kemampuannya mengajarkan murid untuk pintar menjawab semua jenis pertanyaan, tetapi pada kemampuannya menginspirasi murid agar mengajukan pertanyaan yang dia sendirinya kesulitan untuk menjawabnya.
(Dengan kata lain, bila guru mengajar agar murid bisa sama pintarnya dengan dia, itu biasa saja. Guru yang bagus adalah yang bisa mendidik muridnya agar jauh lebih pintar dan lebih kritis daripada dirinya sendiri.)
It is the supreme art of the teacher to awaken joy in creative expression and knowledge.
Adalah suatu kemampuan luar biasa dalam diri guru bila ia mampu menggugah rasa cinta anak didiknya akan daya cipta kreatif dan ilmu pengetahuan.
Teaching kids to count is fine, but teaching them what counts is best.
Mengajarkan murid agar bisa berhitung itu bagus, tetapi yang terbaik dan paling penting adalah mengajarkan mereka tentang hal-hal yang tidak bisa dihitung nilainya.
(sesuatu yang sangat berharga dalam hidup ini, seperti prinsip dan kode etik hidup, kebaikan, nilai moral, pengabdian, dsb.)
If we teach today's students as we taught yesterday's, we rob them of tomorrow
Jika cara mengajar dan apa yang kita ajarkan kepada murid-murid kita hari ini sama saja dengan yang kemarin, maka kita merampas masa depan anak didik kita tersebut.
Artinya, ilmu pengetahuan dan kemampuan hidup berkembang terus. Jika fakta ini tidak kita pahami dan lalu ajarkan pada murid kita, maka kita tidak mempersiapkan mereka dengan baik untuk menghadapi tantangan masa depan yang jelas berbeda dari masa sekarang.
The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires.
Guru yang biasa-biasa saja memberi tahu. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang bagus menunjukkan bagaimana caranya. Tetapi guru yang luar biasa menginspirasi murid-muridnya.
Never do anything for a student that he is capable of doing for himself. If you do, you'll make him an educational cripple ... a pedagogical paraplegic.
Jangan pernah lakukan untuk siswa/anak didik Anda apapun yang mereka mampu melakukannya sendiri. Karena kalau ini Anda lakukan, Anda akan menjadikan mereka orang-orang yang "lumpuh" dalam pendidikan.
Teaching is the one profession that creates all other professions.
Menjadi pendidik, (atau guru, baik formal atau non-formal) adalah satu-satunya profesi yang menciptakan segala macam jenis profesi lainnya.
A child cannot be taught by anyone who despises him, and a child cannot afford to be fooled.
Seorang anak tidak bisa dididik oleh orang yang membencinya dan dia juga tidak bisa dibohongi.
Dengan kata lain, seseorang yang tidak dengan tulus peduli pada si anak tidak akan mungkin bisa mendidiknya meskipun di luarnya dia pura-pura peduli. Ketulusan mendidik dengan baik datang dari hati.
As a general rule, teachers teach more by what they are than by what they say.
Biasanya, guru/para pendidik lainnya, mendidik lebih banyak dengan contoh nyata yang mereka lakukan sendiri dari pada apa yang cuma mereka ceramahkan.
Ini adalah fakta bahwa murid meneladani tindakan nyata bukan kata-kata.
We are what we repeatedly do. Excellence then, is not an act, but a habit.
Yang membentuk kepribadian kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali. Karena itu, kesempurnaan tidaklah dicapai dengan sebuah tindakan sekali saja, tetapi oleh serangkaian kebiasaan baik yang kita lakukan berulang kali.
Education is not to reform students or amuse them or to make them expert technicians. It is to unsettle their minds, widen their horizons, inflame their intellects, teach them to think straight, if possible.
Pendidikan bukanlah untuk mengubah siswa, atau menghibur mereka dengan pelajaran yang menyenangkan. Juga bukan untuk menciptakan teknisi-teknisi yang ahli di bidangnya.
Pendidikan adalah untuk menantang siswa agar selalu berpikir kritis dan ingin tahu. Pendidikan adalah juga untuk membuka wawasan, menumbuhkan rasa cinta belajar, serta mengajar anak didik untuk berpikir dengan benar, sebisa mungkin.
Karena Semangat Guru Adalah Nyawa Pendidikan
Menjadi guru bukan pekerjaan ringan, tapi juga bukan jalan yang sia-sia. Di balik lelah yang kadang tak terlihat, ada ribuan benih yang sedang tumbuh—benih karakter, ilmu, dan harapan yang kita tanam setiap hari dalam diri murid-murid kita. Maka wajar kalau kadang lelah, wajar kalau sesekali ingin menyerah. Tapi ingatlah, setiap senyum, setiap pelukan, setiap mata yang berbinar karena memahami sesuatu—semua itu adalah bukti bahwa kehadiranmu berarti.
Sertifikasi mungkin cair tiga bulan sekali atau enam bulan sekali, tapi semangat sejati seorang guru harus terus diisi setiap hari. Tidak selalu dari luar, tapi dari dalam: dari makna, dari ingatan tentang kenapa kamu mulai, dan dari kesadaran bahwa kamu sedang mengubah dunia, satu anak, satu kelas, satu hari dalam satu waktu.
Jika hari ini kamu merasa lelah, izinkan dirimu istirahat. Tapi jangan terlalu lama tinggal dalam kelelahan itu. Bangkitlah kembali, karena masih ada anak-anak yang menunggu disapa oleh gurunya yang penuh semangat. Bukan hanya untuk belajar, tapi untuk merasa diterima, dipahami, dan disayangi.
Kamu mungkin tidak masuk berita, tidak viral di media sosial, atau tidak dapat penghargaan besar. Tapi di hati murid-muridmu, kamu adalah pahlawan sejati. Dan itu... lebih dari cukup.
Catatan Catatan Penyemangat Guru: Lebih dari Sekadar Sertifikasi di atas sifatnya "dokumen hidup" yang senantiasa diperbaiki atau diperbaharui sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Catatan tambahan dari Anda untuk admin diharapkan dapat meningkatkan kualitas catatan ini 🙏 CMIIW.
JADIKAN HARI INI LUAR BIASA!
Ayo Share (Berbagi) Satu Hal Baik.Tak ada yang lebih membuat murid gembira selain berhasil mempelajari sesuatu. Dan tak ada yang membuat seorang guru gembira selain menemukan cara untuk mengajari muridnya.