Calon Guru berbagi catatan dari opini publik tentang Hasil Belajar Anak, Nilai Rapor Atau Ranking Bukanlah Hal Yang Utama, Jangan Sampai Anak Depresi Hanya Karena Nilai Rapor (*Depresi merupakan sebuah penyakit yang ditandai dengan rasa sedih yang berkepanjangan dan kehilangan minat terhadap kegiatan-kegiatan yang biasanya kita lakukan dengan senang hati).
Pada akhir pembelajaran setiap semester yang ditandai dengan pembagian laporan penilai hasil belajar atau rapor, maka media sosial akan ramai dengan aksi share photo rapor anak.
Secara umum yang diphoto dan dipublikasikan ke media sosial adalah nilai anak yang sudah bagus atau sangat bagus, paling tidak minimal kategori baik, jadi ada kepercayaan diri yang lebih untuk mempublikasikannya.
Bagi sebagian orang tua nilai rapor yang baik atau sangat baik adalah sebuah prestasi sehingga mereka ingin menyampaikan kabar baik itu kepada teman atau saudara bahwa anaknya sudah berhasil melewati masa sekolah selama satu semester ini dengan baik.
Mempublikasikan hasil belajar anak di media sosial adalah sebuah kewajaran yang masih bisa kita terima, karena media sosial itu media dimana kita berbagi tentang banyak hal. Mulai dari prestasi yang sudah kita capai ataupun yang akan kita capai (belum tercapai) bisa kita publish.
Tetapi ada catatan yang harus kita ketahui bersama terkait hasil belajar anak terkhusus nilai rapor yang kita bagikan, yaitu "eksistensi nilai rapor" tersebut.
Apa yang di maksud dengan "eksistensi nilai rapor"?
Penjelasan sederhananya kurang lebih seperti ini:
Kekuatan nilai rapor itu tidak berlaku secara umum, artinya kemampuan anak yang nilai matematika 80 pada sekolah ABC belum tentu lebih baik kemampuan bermatematiknya dari anak yang nilai 75 pada sekolah XYZ.
Kenapa hal ini bisa terjadi, dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: kemampuan guru dalam melakukan penilaian siswa setaip harinya atau kemampuan teman-temannya satu kelas dalam bermatematik sangat mempengaruhi guru memberikan nilai. Dengan kata sederhana kemampuan guru dalam melakukan penilaian yang tidak sama antara sekolah ABC dengan sekolah XYZ.
Jadi ketika anak-anak kita dapat nilai matematika 97 (*sudah kategori sangat baik), ini belum menunjukkan kualitas atau kemampuan yang sebenarnya bahwa kemampuan anak dalam bermatematika sudah sangat baik.
Jika bukan nilai rapor yang dapat dibanggakan orang tua, jadi apa?
Kita tekankan kembali, Nilai rapor itu bukanlah yang paling utama untuk dibanggakan.
Sebagi orang tua yang kita banggakan itu adalah bagaimana proses nilai itu diperoleh oleh anak kita, misalnya kalau besok sepulang sekolah anak kita mampu berkata: "tadi sewaktu di sekolah bapak guru matematika menyampaikan materinya terlalu cepat sehingga aku kurang mengerti, jadi malam ini aku harus coba mempelajarinya kembali".
Hal yang utama yang kita banggakan adalah proses bagaimana nilai itu diperoleh. Proses itulah yang kita nikmati setiap hari, bagaimana anak kita mengerjakan PR tanpa harus kita perintah, bagaimana semangat anak kita pergi sekolah, bagaimana anak kita bercerita tentang teman-teman sekelas, tentang gurunya atau tentang sekolahnya. Bagaimana anak kita bisa bertanya tentang hal-hal baru, dan hal-hal lainnya yang tidak dapat kita tuliskan disini.
Silahkan dibaca juga catatan yang inspiratif Anakku yang Ranking ke-23 dari 25 Anak. Catatan itu akan memberikan kita pelajaran yang sangat baik tentang ranking kelas.
Catatan Hasil Belajar Anak: Nilai Rapor Atau Ranking Bukanlah Hal Yang Utama di atas sifatnya "dokumen hidup" yang senantiasa diperbaiki atau diperbaharui sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Catatan tambahan dari Anda untuk admin diharapkan dapat meningkatkan kualitas catatan ini 🙏 CMIIW.
Ayo Share (Berbagi) Satu Hal Baik.
Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki.